Menelisik Mata Air Tersembunyi di Wana Wisata Jumprit

Pintu masuk menuju mata air Jumprit ( https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_I_tMBBlxQGmpctmvfF3HSV_zaJpcVutggzFF191yn6XQTc_npZpCJQdM2m5RAImohP0yXdGuGZcUKfsd5TpIgRvEo-abZGW7Rlw7te3J8ar8ZiOp7_XMKXHKhG_Tk0qtIsdsWkPPVCbW/s1600/JUMPRIT+5.jpg )

JUMPRIT - Berbicara mengenai wana wisata yang ada di Kabupaten Temanggung, Wana Wisata Jumprit atau WAPIT sapaan akrabnya tentu wajib untuk dikunjungi. Menjadi salah satu wisata paling populer di Temanggung sekaligus menyimpan berbagai cerita-cerita kepercayaan masyarakat sekitar dan tradisi yang hingga saat ini masih terus dilakukan. 

Sejarah, Kisah, dan Kepercayaan Yang Melegenda

     Dulu keberadaan Umbul Jumprit hanya diketahui oleh kalangan tertentu saja. Tetapi sejak awal tahun 1980-an, jumlah pengunjung terus meningkat, terutama mereka yang ingin berziarah ke makam Ki Jumprit dan mandi kungkum di Umbul Jumprit. Sehingga pada tanggal 18 Januari 1987, Pemerintah Kabupaten Temanggung menentapkan Jumprit sebagai Kawasan Wanawisata. Setahun kemudian, Kawasan itu diresmikan Gubernur Jawa Tengah (saat itu HM Ismail).

     Namun Jumprit sudah disebutkan dalam serat Centini, terutama dikaitkan dengan legenda Ki Jumprit yang merupakan ahli nujum di Kerajaan Majapahit. Ki Jumprit bukan hanya dikenal sakti mandraguna, tetapi juga salah seorang putra Prabu Brawijaya, Raja Majapahit.

     Dia meninggalkan kerajaan, agar bisa mengamalkan ilmu dan kesaktiannya kepada masyarakat luas. Perjalanan panjangnya berakhir di Desa Tegalrejo, Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung. Beberapa tokoh masyarakat meyakini, Ki Jumprit adalah leluhur dari masyarakat Temanggung yang tersebar di lereng Gunung Sindoro dan Sumbing. Namun hal ini masih memerlukan kajian mendalam, terutama dari aspek kesejarahan.

    Yang pasti terdapat beberapa lokasi yang diyakini sebagai petilasan KI Jumprit. Makamnya pun berada tak jauh dari Umbul Jumprit. Dua lokasi inilah yang kerap dikunjungi peziarah, terutama komunitas tertentu yang terbiasa melakukan tirakat. Sebagai ahli nujum, Ki Jumprit pernah meramal suatu saat nanti Temanggung akan menjadi daerah makmur. Sebagian ramalannya terbukti benar. Petani di lereng Sumbing dan Sindoro relative hidup berkecukupan melalui tanaman tembakau. Komoditas ini mulai popular sejak awal tahun 1970-an.

     Tingkat pendidikan dan derajat kesehatan masyarakat di Temanggung pun termasuk kelompok papan atas di Jawa Tengah, terutama jika dibandingkan dengan Kabupaten lainnya. Meskipun komoditas tembakau tidak lagi secemerlang dulu, kesejahteraan masyarakat Temanggung masih di atas rata-rata masyarakat Jawa Tengah. 

(Dikutip dari laman http://laman.temanggungkab.go.id/info/detail/53/505/pariwisata.html )

Makam Ki Jumprit ( https://i2.wp.com/3.bp.blogspot.com/-LEp0UbrkcTs/UCKsfxOGzFI/AAAAAAAAOrI/pCFmsL_sWO4/s400/Ki+JUmprit.jpg )
     
Dari sejarah mari kita beralih ke sisi kisah dan kepercayaan yang hingga saat ini masih dipercaya oleh sebagian masyarakat. Dari hasil beberapa kali Admin mengunjungi wana wisata ini, terdapat local wisdom yang dapat disimpulkan beberapa hal ;
  1. Mata air umbul mukti dipercaya dapat membuat awet muda, menyembuhkan penyakit kulit, bahkan dapat mengabulkan permintaan hanya dengan meminumnya.
  2. Masih ingat ketika Admin duduk dibangku kelas 3 SMP, mengunjungi wisata ini dan masih terdapat banyak celana dalam yang segaja dilempar diatas bangunan yang menutupi makan Ki Jumprit atau bahkan berada di pohon-pohon sekitar mata air. Hal ini berhubungan dengan keyakinan yang membuang celana dalam mereka yaitu membuang sial dan mendatangkan rejeki.
  3. Dilarang berkata kasar dan bertindak asusila di daerah wana wisata karena dianggap akan mendapatkan kesialan. 
EKSOTISME WANAWISATA JUMPRIT

     Wanawisata Jumprit merupakan salah salah satu obyek wisata yang eksotis di Kabupaten Temanggung. Tempat ini bukan hanya sekadar menawarkan wanawisata (wisata hutan) saja, tetapi juga menghadirkan objek wisata alam pegunungan yang indah. Awal keramaian obyek wisata ini terjadi sejak awal 1980-an, ketika banyak peziarah yang melakukan wisata spiritual di Makam Ki Jumprit di dekat Umbul Jumprit yang letaknya bersebelahan. Mereka bersemedi di sekitar makam, kemudian diakhiri mandi kungkum di mata air yang tak pernah kering. Kawasan ini berada di ketinggian 2.100 meter dari permukaan laut (dpl) dan berada di lereng Gunung Sindoro tempatnya di Desa Tegalrejo, Kecamatan Ngadirejo. Jaraknya hanya sekitar 26 km dari barat laut kota Temanggung.

     Kawasan Jumprit berada di jalur strategis, yaitu jalur wisata Borobudur-Dieng, Semarang-Bandungan-Dieng, serta dari berbagai arah dengan kemudahan aksesibilitas, baik dari Wonosobo, Kendal, Maupun Yogyakarta. Perjalanan juga bisa ditempuh dengan kendaraan umum dari ibu kota Kecamatan Ngadirejo. Lebih baik lagi menggunakan kendaraan pribadi. Jalan menuju lokasi sudah diaspal, sehingga perjalanan cukup menyenangkan. Apalagi dalam perjalanan menuju Jumprit, wisatawan juga bisa menikmati panorama alam pegunungan yang indah dan agrowisata sayuran.
Jika ingin menginap dikawasan ini juga tersedia wisma Perhutani atau bisa juga mendirikan tenda di bumi perkemahan.

     Wisatawan bisa menikmati udara segar dan indahnya pemandangan saat matahari terbit. Karena berada di lereng Sindoro, hawa ditempat ini cukup dingin. Airnya juga dingin, jernih dan menyegarkan. Wisatawan yang bermalam dianjurkan membawa jaket. Jika datang pada siang hari pun, pengunjung masih bisa merasakan sisa-sisa kesejukan saat memasuki kawasan hutan. Banyaknya belantara pepohonan dan letaknya yang berada di lereng Sindoro membuat hawa panas sepertinya enggan menyapa tempat tersebut. Wisatawan juga bisa bersau dengan sekawanan burung di alam bebas, yang akan selalu menyambut dengan ocehan yang salintg bersahutan. Atau bertemu sekawanan kera liar (sekitar 25-30 ekor) di lokasi wanawisata. Konon populasi kera ini tidak pernah bertambah atau berkurang.

UMBUL JUMPRIT 

     Pada sebuah kawasan yang agak mendatar, di antara rerimbunan pohon, terlihat bangunan menyerupai candi. Langgam arsitekturnya mirip dengan bangunan peninggalan Majapahit di Mojokerto (Jawa Timur). Bangunan yang telah berumur ratusan tahun itu menjadi gerbang dari sebuah tempat yang dikeramatkan. Tetapi ia bukanlah gerbang utama yang sudah dilalui sebelum tiba di bangunan mirip candi tersebut.

     Di balik bangunan itulah terdapat Umbul Jumprit. Air dari umbul ini juga dimanfaatkan penduduk sekitar untuk keperluan sehari-hari, termasuk mengairi sawah dan kebun. Keberadaan umbul di antara belantara hutan juga menghadirkan panorama alam yang sungguh indah. Benar-benar menghibur hati ketika berada di antaranya. Mata air ini ridak pernah kering, meski saat kemarau panjang. Airnya sangat dingin (walau pada siang hari) serta sangat jernih, karena berasal dari sumber di pegunungan. Air inilah yang juga “mengisi” sungai Progo.

     Banyak peziarah yang bermeditasi dan mandi kungkum di sini. Puncak keramaian perziarah biasanya terjadi pada dua hari keramat “Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon”. Apalagi jika waktu sudah meninggalkan pukul 24.00. Seusai kungkum, mereka membuang pakaian dalam sebagai symbol membuang sial, sekaligus berharap rezeki baru bakal datang. Malam 1 Suro juga sangat ramai, didukung atraksi wisata di Sendang Sidukun, yaitu tradisi Suran Traji dengan aneka ritual menebar Jimat Pengantin Lurah Traji. Upacara ini sudah dilakukan ratusan tahun lalu, yaitu berupa kirab lurah.

     Jumprit juga menjadi tempat yang disucikan umat Budha di Indonesia. Setiap berlangsung upacara Trisuci Waisak di Candi Borobudur, air keberkahan selalu diambil dari umbul tersebut. Biasanya pengambilan air suci dilakukan tiga hari sebelum prayaan waisak. Berbagai tradisi yang masih lestari ini bisa dijadikan salah satu modal pendukung wisata Jumprit. Di dekat mata air terdapat maka Ki Jumprit, sosok ahli di Kerajaan Majapahit, yang selalu ramai dikunjungi peziarah untuk keperluan meditasi dan mandi kungkum. ( http://laman.temanggungkab.go.id/info/detail/53/505/pariwisata.html )




Gambar diunduh dari laman https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglp-eisxJZaFcWOCoNpEhg4AeAne63zZurV2ksG1JjgX4IktZeqG5lHPgi7M2Vl9q4vD3SSf1j9RLRY0ngXayt7jh0B32xG4yoa01girO8vgYscLWtnjj9dGS06QakkvfMFdnAXzp6Fwn6/s640/tiket+jumprit.jpg

                     SELAMAT WISATA, SALAM PARIWISATA!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tersembunyinya Pohon Raksasa Walitis di Hutan Rasamala

Menikmati Indahnya Suasana Sore di Taman Kali Progo

Pikatan Water Park, Pemandian Yang Tak Pernah Membosankan